SEARCHING, STALKING, SHARING

Oleh : Endy Kurniawan

Ciri masyarakat teknologi adalah makin mandiri. Karena ia punya akses langsung ke sumber informasi, sekaligus memegang kendali sepenuhnya informasi menurut kepentingannya. Dulu pemasar belajar tentang tahapan pengambilan keputusan konsumen yaitu A-I-D-A (Attention, Interest, Desire, Action). Tiba-tiba saat ini pemasar atau pemilik produk bertemu fakta bahwa publik tak mau lagi dipengaruhi iklan atau promosi yang sifatnya hirarkis. Maka proses menuju DESIRED diawali dengan tahap SEARCHING. Publiklah yang mendatangi informasi yang berserak.

Dulu orang melakukan juga proses searching, tapi dalam skup yang terbatas dan informasinya tak terlalu bervariasi. Ketika hendak beli motor, informasi yang datang adalah melalui majalah, radio, televisi (top down) dan orang-orang sekitarnya (referral-horizontal). Begitu berkuasanya above the line media saat itu hingga media, terutama radio & televisi, mampu menyuntik cara berpikir publik yang akhirnya mempengaruhi mereka dalam jangka panjang. Dalam sudut pandang komunikasi massa, inilah yang disebut agenda setting, dimana media mengintervensi agenda publik.

Saat ini publik juga mencari informasi, tapi sumbernya mungkin tak terlalu mereka kenali, atau berada di sisi lain bumi. Asalkan itu relevan, mereka tak peduli. Mereka memantau, mengamati banyak gejala. Mereka stalking. Setelah itu mereka membagikannya, sharing. Jadi proses inilah yang sekarang terjadi ketika publik mencari sebuah produk baik persona, benda atau jasa : searching, stalking, sharing. Maka proses A-I-D-A menjadi A-I-S-A-S, yaitu Attention, Interest, Searching atau Stalking, lalu Action dan Sharing.

Pada tahap A dan I, publik masih membutuhkan informasi yang general. Mereka bisa dapatkan itu dari promosi top-down tentang sebuah produk. Tapi begitu tergerak untuk ‘beraksi’ mereka akan cari hal detil. Kalau mereka mendapatkan informasi yang meyakinkan, maka mereka akan melakukan transaksi. Menjadi penikmat produk yang ia cari. Setelahnya, jika ia puas, maka ia ‘menebar kepuasannya’ dengan berbagi. Jika ia kecewa, sebaliknya, yang dilakukannya adalah mengumbar ketidakpuasan. Jika ini tidak dilokalisasi, mungkin saja terjadi spiral effect of disappointment yang bisa merugikan nama baik bisnis tidak hanya di dunia maya, tapi juga secara offline. Tidakkah kita ingat kasus Lion Air baru-baru ini?

Related Posts: